Catatan sepulang Ibadah Minggu (16 Desember 2012)
Catatan ini seyogyanya kutulis sepulang Ibadah Minggu, kekagumanku kepada perilaku positif yang memberikan teladan bagiku.
Ternyata dalam 4 bulan, Wamena telah memberiku pelajaran berharga mengenai memberi yang terbaik dalam beribadah.
Walaupun pakaian mereka sederhana saat sehari-hari (Senin – Sabtu) tetapi saat hari Minggu mereka ke gereja dengan pakaian terbaik mereka, salut buat Mama dan Bapak disini. Dengan kesederhanaan mereka pula, maka jika ada perpuluhan mereka membawa barang seperti beras dan hipere (ubi jalar), padahal beras adalah sembako yang mahal di sini dan hipere adalah makanan pokok yang menjadi utama bagi penduduk asli. Betul sekali, perpuluhan mereka menunjukkan jika mereka memprioritaskan persembahan kepada Tuhan seperti Habel di jaman Alkitab dulu.
Selain itu, saya salut mengenai kesaksian mereka, bagaimana tidak saya adalah tipe yang sangat jarang memberi kesaksian karena berpikir apakah kisahku itu berharga untuk dibagikan kepada orang lain, bukannya hal tersebut tidaklah wah (biasa-biasa) sehingga dengan tameng malu dan menganggap wajar, membuatku tidak berani bersaksi. Hal itu, berbanding terbalik dengan Bapak, Mamak, Adek dan Kakak disini mereka berlomba-lomba untuk bersaksi (sampai ngantri menunggu gilirannya) dan dengan penuh semangat membagikan kisah berjalan bersama Tuhan, walaupun dengan Bahasa Indonesia yang kurang begitu sempurna. Sedangkan saya dengan bahasa Indonesia yang fasih pun, masih dapat dihitung berapa kali bersaksi di depan orang lain. Ah betapa tertohoknya saya.
Satu lagi yang kubanggakan, walaupun kota ini tak luput dari tindakan kriminal (pencurian, orang mabuk dan konflik-konflik) tetapi, mereka sangat menghargai hari Minggu sehingga menghentikan segala aktivitas “negatif” pada hari Tuhan ini. Memang setiap hari adalah hari Tuhan tetapi, itu mengajarkanku bahwa ditengah kebiasaan “jelek” beberapa orang disini tetapi, mereka dapat mengontrol /mengendalikan diri untuk menghindari perilaku buruk.
Apakah saya dengan pemahaman yang lebih utuh akan hari Tuhan, betul-betul melakukan penguasaan diri untuk menghargai waktuNya?
Teringat dengan lagu disini yang akhirnya dapat kuhafalkan sbb :
Injil masuk Lembah Balem, Penuh tantangan
Jayawijaya, Jayawija dulunya gelap
Karena datangnya Injil ini,
Membawa damai untuk kita
Bagaimana denganku : apakah saya betu-betul mempersiapkan hati saat beribadah?
Mari menghargai ibadah dengan kembali mengingat ayat Yesaya 29 : 13-14
Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi."’
0 komentar:
Posting Komentar