• Rubah "ku"


    Sumber : E-RH Selasa, 6 November 2012
    Bacaan : Kidung Agung 2:8-17

    Nats: Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil,
    yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang
    sedang berbunga (Kidung Agung 2:15).


    RUBAH CINTA KITA



    Membaca bahan dari E-RH hari ini membuatku terkesima karena sejujurnya saya menyetujui penulis ini, bahwa kadang saya melupakan “Rubah-rubah” dalam hidupku terutama perjalanan bersamaNya. Hmhmhm ada baiknya jika kukutip terlebih dahulu artikelnya yah, sbb :

    “Entah apa yang istimewa dengan rubah sehingga Salomo menyebutkan
    hewan ini dalam syairnya (ayat 15). Mungkin ia memang benar-benar
    melihat sekawanan rubah ketika ia sedang menelusuri kebun anggur
    bersama kekasihnya! Rubah adalah hewan omnivora, tetapi makanan
    favoritnya memang adalah buah-buahan.
    Beberapa penafsir menganggap rubah-rubah ini melukiskan hal-hal
    kecil yang bisa merusak hubungan dalam pernikahan. Karena kecilnya,
    seringkali luput dari perhatian. Posturnya mirip anjing peliharaan,
    tampaknya tidak berbahaya. Namun, orang yang tahu sifat rubah yang
    merusak tidak akan membiarkannya. Rubah tak hanya akan sekadar
    dihalau karena ia bisa kembali lagi, tetapi ditangkap untuk
    dihabisi. Hal-hal perusak pernikahan juga harus serius ditangani
    hingga tuntas. Rubah-rubah itu tidak membatalkan pernikahan, tetapi
    bisa merusaknya.
    Hubungan pernikahan dipakai Alkitab untuk menggambarkan hubungan
    Kristus dengan umat-Nya. Seperti hubungan pernikahan, hubungan kita
    dengan Tuhan juga sering dirusak oleh hal-hal yang tampaknya sepele.
    Dosa-dosa yang tidak diakui, kesibukan yang mengambil alih
    persekutuan pribadi dengan Tuhan, kemalasan untuk belajar firman,
    kecintaan pada keluarga atau harta benda yang melebihi kecintaan
    pada Tuhan. Anda dapat meneruskan daftarnya.
    Kelihatan tidak berbahaya, kita masih ke gereja dan aktif dalam kegiatan-kegiatan
    rohani. Status kita sebagai anak Tuhan tidak berubah
    . Namun, kita
    tak lagi menikmati hubungan yang intim dan indah dengan Tuhan. Kebun
    anggur kita tak lagi semerbak, habis dilalap rubah” (Penulis : Inisial HAN)

    Sebenarnya jika menggunakan rubah-rubah kita seharusnya waspada sebab hewan itu biasa diidentikkan sebagai perusak dan liar, tetapi benar kata penulis tersebut bahwa kadang terlalu kompromi dengan hal tersebut, mungkin menganggapnya kecil, sepele atau parahnya menganggap hal itu wajar dalam hidup kita. Ya kita telah “bersahabat” dengan “rubah” tersebut. Mungkin memang tidak semerta-merta menjalin persahabatan tetapi diawali dengan sikap pemberontakkan dan melawan terhadap “rubah” tersebut. Tetapi itu tidak selamanya dan tidak konstan dilakukan, sehingga kita menyerah padanya. Saya teringat pada film Hunter yang kunonton 2 hari lalu, sang psikopat memilih 10 pasangan yang dibunuhnya tetapi pendekatan pembunuhannya berbeda. Laki-laki dibunuh setelah dibius terlebih dahulu tetapi berbeda dengan perempuan. Sang psikopat memberi harapan kepada perempuan bahwa akan membebaskannya sehingga perempuan berhenti melawan dan menjadi apa yang diinginkan psikopat, walaupun akhirnya tetap saja para perempuan malang tersebut dibunuh dan mayatnya ditimbun (sengaja bukan kata dikubur karena memang hanya untuk disembunyikan) dikolong rumah. Kadang itulah terjadi kita menyerah dan berbuat menjadi apa yang diinginkan oleh “rubah” yang kita “pelihara”.

    Perlakuan yang tidak berbeda jauh terhadap rubah yaitu dengan hanya menghalaunya (menggunakan istilah penulis E-RH), tanpa mengusirnya dengan serius. Bukan berdasarkan KBBI seh, hanya pemikiranku secara pribadi bahwa kata menghalau berarti ada upaya untuk mengusir tetapi tidak konstan dan serius, singkatnya menghalau berarti iseng-iseng mengusir. Ingat pelajaran Psikologi perilaku hewan kalau binatang itu peka terhadap perasaan dan maksud dari manusia. Kalau dihubungkan dengan menghalau tadi, gimana si Rubah mau pergi, jika ia mengetahui si manusia ini tidak serius mengusirnya, bukannya takut dan lari, malah si Rubah hanya pergi sementara dan kembali lagi.

    Terlepas dari mana yang menjadi perlakuan kita terhadap “Rubah”, baik berkompromi maupun hanya berusaha menghalau, tetapi sangat benarlah bahwa “Rubah-rubah” dalam kehidupan kita perlu disikapi serius untuk diusir bukan menyerah dan bersahabat dengannya. Hal ini menohok hatiku, kenapa demikian karena hal itu yang terjadi pada diriku hari ini dan lagi-lagi DIA sabar dan tekun mengingatkanku. Ya “Rubah” dalam hidupku yang kukira telah kulepaskan sejak 2009 ternyata masih ada dalam diriku, hidup bersama denganku, menjadi sesuatu yang mengikatku atau lebih tepatnya saya nyaman dengan hal tersebut. Hal itu tidak kusadari hingga di Wamena, sudah 2 bulan ini saya “hidup” dengannya, saya berharap tadi yang terakhir tetapi belum berhasil mencari jalan keluarnya, kenapa dapat begini, bagaimana caranya dan wajarkah hal ini. Bukannya sombong saya memang banyak belajar dan paham ilmu perubahan perilaku tetapi justru hal itu membuatku merasa tertohok, banyak tahu tetapi tidak dapat mengaplikasikannya. Perasaan di “penjara” oleh diri sendiri sekarang ada dalam diriku. Saya menulis inipun masih tidak mengerti bagaimana akhirnya (pastinya ingin bebas) tapi kapan dan caranya masih tak kutahu. Tetapi tetap berharap hal ini dapat membuatku semakin menghargai dan mendekatkan diri pada “Pokok Anggur” agar si ranting ini tidak rapuh dan lepas terjatuh (Yoh 15:1-8). Semoga saya tidak menikmati situasi ini dan menyerah dengan kondisi, makin menjauh dan mengandalkan diri. Ya solusi yang paling tepat dan pasti adalah meraih tanganNya dan berjalan bersamaNya.

    Ya Bapa tidak ada yang dapat kulakukan tidak dengan teoriku, tidak dengan analisisku, tidak dengan ilmuku, tetapi dengan kasihMu, dengan pengampunanMu dan dengan kekuatanMu.

    Kututup tulisan ini dengan kembali mengutip E-RH :
    “KETIKA KITA MENGASIHI TUHAN, KITA AKAN MEMBERESKAN
    SEMUA YANG MERUSAK HUBUNGAN DENGAN-NYA”

    (walaupun itu berarti sesuatu yang kita sayangi, sesuatu yang kita banggakan, masa lalu yang sulit lepas dan juga dosa-dosa yang terlanjur melekat dan akhirnya kita menyerah padanya)

    Tuhan Pasti Sanggup…
    TanganNya takkan terlambat ‘tuk mengangkatmu
    Tuhan Masih Sanggup…
    Percayalah, Dia tak tinggalkanmu…
    Kuatkanlah hatimu
    Lewati setiap persoalan
    Tuhan Yesus selalu menopangmu
    Jangan berhenti harap padaNya…