Saat ini saya telah kembali ke Makassar dan belum juga melanjutkan Psikologi Klinis. Syukurnya kulepaskan kesempatan itu dengan kesadaran penuh dan hati yang lapang hoho.
Mengapa berdamai dengan hati ? karena saya merasa saya perlu banyak belajar berdamai dengan hati dan pikiran.
Salah satu tandanya yah itu saya mulai egois dengan diri sendiri, sudah mulai makan hati, semi bipolar (hanya catut istilah) dan membuang waktu dengan hal percuma.
Teringat pelajaran kuliah dulu salah satu cara berdamai dengan hati dan pikiran adalah mencari akar masalah yang menyebabkan ada goresan atau luka pada hati dan pikiran; menyadari dampaknya dan mengakui akan hal tersebut bukan hanya self talk tetapi langsung ke sumber permasalahan.
Dalam kasusku saya melihat ada 2 hal yang menjadi akar masalah sedangkan dampaknya menjadikanku tidak se-sanguin dulu lagi, khususnya keceriaan, ke-spontanan serta ke-optimisan. Seraya menulis artikel ini maka telah kulewati tahapan "mengakui" via self talk, hanya untuk tahapan selanjutnya belum dapat kulakukan :(
Mari mendengar lagu "Negeri Di Awan" yang membantuku merasa rileks :)
Di bayang wajahmu
Kutemukan kasih dan hidup
Yang lama lelah aku cari
Dimasa lalu
Kau datang padaku
Kau datang padaku
Kau tawarkan hati nan lugu
Selalu mencoba mengerti
Hasrat dalam diri
Kau mainkan untukku
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi istananya
Dan kini tengah kaubawa Aku menuju kesana
Ternyata hatimu Penuh dengan bahasa kasih
Ternyata hatimu Penuh dengan bahasa kasih
Yang terungkapkan dengan pasti
Dalam suka dan sedih
0 komentar:
Posting Komentar